Senin, 07 November 2016

BELA ISLAM | ALLAHU AKBAR



Dasar Kewajiban Melawan Agresor

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Al Baqarah: 190).

".... Oleh sebab itu, barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketauhilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Al-Baqarah: 194).

".... Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (At-Taubah: 36).

Kewajiban melawan agresor bahkan dinyatakan mencapai kualifikasi ijma' (konsensus ulama), yang dalam jenjang legislasi hukum Islam--ijma'--menempati posisi setelah Alquran dan sunah. Ibnu Taimiyyah berkata, "Adapun jihad untuk membela diri (defensif) adalah seutama-utama kewajiban berjihad membela kemuliaan umat dan Islam dari serangan musuh. Kewajiban ini merupakan ijma' (konsensus ulama). Tidak ada kewajiban dalam Islam setelah beriman yang lebih utama selain kewajiban membela agama dan umat dari serangan musuh yang merusak agama maupun kehidupan umat Islam...." (Azzam, h. 1406).

PANDANGA MADZAB

Pendapat Imam Madzhab

Untuk menggambarkan betapa tidak terdapat perselisihan antara ulama mengenai kewajiban berjihad melawan agresor, berikut pandangan ulama-ulama dari mazhahib arba'ah (imam yang empat). Dengan uslub (struktur) yang berbeda, mereka bermaksud menyampaikan satu pesan yang sama.

Mazhab Hanafi

Ibnu Abidin menyatakan bahwa jika musuh menyerang sebagian dari wilayah Islam, hokum Jihad menjadi fardu ain atas penduduk yang berdekatan dengan wilayah yang diserang. Adapun bagi penduduk yang jauh dari wilayah tersebut, hukum membelanya fardu kifayah selama (pembelaan) mereka tidak diperlukan. Namun, jika mereka diperlukan, karena penduduk yang lebih dekat tidak mampu atau malas untuk berjihad, kewajiban Jihad menjadi fardu ain bagi mereka. Jika mereka tetap tidak mampu, fardu ain menimpa atas penduduk yang lebih jauh. Demikian seterusnya sampai kewajiban tersebut menjadi fardu ain atas segenap umat Islam di Timur dan di Barat. (Haasyiatu Ibni Abidin, III, h. 399, 341). Pendapat serupa dikemukakan oleh Al-Kassani, Ibnu Najib, dan Ibnu Hamam.

Mazhab Maliki

Bagi setiap muslim laki-laki maupun wanita wajib hukumnya berjihad menghadapi musuh yang menyerang secara mendadak. Kewajiban tersebut termasuk bagi anak kecil. Meskipun pemilik budak melarang budaknya, suami melarang istrinya dan pemberi utang melarang orang yang diutanginya, tetap kewajiban tersebut tidak bisa gugur bagi mereka hanya karena larangan itu. (Hasyiyatud Dasuuqi, II, h. 174).

Mazhab Syafii

Dalam Nihayatul Muhtaj, Ar-Ramli menyatakan bahwa jika orang kafir memasuki negeri Islam pada sebuah jarak yang tidak diperbolehkan mengqashar salat, penduduk negeri tersebut wajib berjihad membela wilayah mereka dari serangan musuh. Kewajiban ini juga berlaku bagi mereka yang asalnya tidak wajib perang, seperti orang fakir, anak-anak, hamba sahaya, orang yang terlibat utang, dan wanita.

Mazhab Hambali

Dalam kitab Al-Mughni, Ibnu Qudamah menyatakan, "Dan Jihad itu wajib dalam tiga keadaan: (1) apabila barisan tentara muslim bertemu dengan barisan tentara kafir di medan perang, (2) apabila orang kafir memasuki (agresi) negeri Islam, (3) bila imam kaum muslimin mengeluarkan perintah Jihad."
Ibnu Taimiyah yang berafiliasi ke mazhab Hambali juga menyatakan, "Jika musuh telah menyerang negeri Islam, tidak diragukan lagi kewajiban (Jihad)  bagi setiap muslim yang dekat dengan negeri tersebut, kemudian yang lebih dekat. Karena, seluruh negara Islam pada hakikatnya adalah satu negara yang tak terpisahkan. Oleh sebab itu, wajib atas setiap muslim pergi berperang menuju wilayah yang diserang dengan tanpa izin orang tua atau yang lainnya. Penjelasan Imam Ahmad dalam masalah ini amat gamblang. (Periksa Al-Ikhtiyarat al-Ilmiyyah li Ibni Taimiyyah, IV, h. 609; atau Azzam, h. 1406).

Dari pemaparan singkat di atas, seruan jihad yang dikumandangkan para ulama dunia saat ini bukanlah hal yang mengada-ada, melainkan memiliki akar-akar referensi yang otoritatatif. Resolusi Jihad semacam ini juga bukan kali pertama. Ketika AS menginvansi Afghanistan beberapa waktu lalu, beberapa ulama di penjuru dunia mengemukakan fatwa serupa, antara lain Prof. Dr. Farid Wasil (Mufti Besar Mesir), Syekh Hamud asy-Syu'aiby (sesepuh ulama Saudi), Wazir Akbar Khan (ulama Kabul), Dr. Yusuf Qaradhawy (ulama Mesir), dan Nidhamudin Hamzah (Mufti Pakistan).

Seruan semacam ini pernah juga dilakukan ketika Soviet menginvansi Afghanistan. Dr. Abdullah Azzam bahkan sempat menulis fatwa berjudul, Ad-Difa' an Aradhil Muslimin Ahammu furudhil A'yan (Membela Tanah Air Muslim Kewajiban Setiap Muslim yang Paling Urgen). Inti fatwanya seperti yang ia ringkas dalam mukadimahnya:

"Para ulama salaf maupun khalaf, para ahli fikih, dan para ahli hadis pada setiap abad telah sepakat bahwa bila sejengkal tanah umat Islam telah dirampas oleh orang kafir, pada hari itu hokum Jihad menjadi fardu ain atas segenap kaum muslimin, laki-laki maupun perempuan. Pada waktu itu seorang anak laki-laki berangkat Jihad tanpa harus izin orang tuanya, dan seorang istri berangkat berjihad tanpa harus izin suaminya."

Fatwa Syekh Abdullah Azzam ini pernah dibacakan di depan para ulama Timur Tengah, antara lain kepada Syekh Bin Baz (Mufti Saudi Arabia masa itu), Syekh Ibnu Utsaimin, Syekh Umar Seif (Majlis Kibarul Ulama Yaman), Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Sa'id Hawwa, Muhammad Najib al-Muthi'i, dan Dr. Hussain Hamid Hassan. Mereka menyatakan sepakat atas fatwa tersebut dan sebagian besar mereka membubuhkan tanda tangan sebagi tanda persetujuan. Fatwa tersebut juga pernah dibacakan di Mina saat jutaan umat Islam tengah menjalankan ibadah haji.
Referensi:
1. Tafsir Al-Qur'an al-Adhim, Ibnu Katsir
2. Fathul Qadir, Imam Syaukani
3. Al-Jami' lie Ahkamil Qur'an, Al-Qurthuby
4. Ahkamul Quran, Ibnul Araby
5. Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyyah
6. Ahammiyatul Jihad, Nafi' al-Ilyani
7. Al-jihad wal-Qital fies-Siyasah Syar'iyyah, Dr. Muhammad Khair Haikal

Wallahu`alam

Von Edison Alouisci
http://www.facebook.com/von.e.alouisci

pages
http://www.facebook.com/von.edison.alouisci

0 komentar:

Posting Komentar

Mengaji Islam, Aplikasi Islam, Artikel Islam, Belajar Islam, Ensiklopedia Islam, Hukum Islam, Ilmu Islam, Islam Itu Benar, Makalah Agama Islam, Situs Islam, Tentang Islam